Review Film The Perks of Being a Wallflower (2012)

Holaaa buddies udah lama banget nih belum sempet nulis review film lagi. Sekarang gue mau nulis review salah satu film lama yaitu The Perks of Being a Wallfloweryang rilis di tahun 2012. Ini salah satu film yang gak akan pernah bikin bosen berapa kalipun gue tonton, dan gue barusan aja kelar nonton ulang buat yang ke sekian kali. Ajaibnya, gue baru sadar kalo pemeran Mary Elizabeth (Mae Withman)adalah si Bianca Piper di film The Duff! Astaga gue heran sendiri kemana aja kok baru mudeng sekarang :P Oke lupakan kekonyolan gue yang telat nyadar and lets go on with the review!


Film ini mengusung tema coming of age dengan segmen penonton kalangan remaja galau yang lagi memasuki masa transisi kehidupan. Apa jualan utamanya? Kisah romantis? Persahabatan? Komedi? Gue sendiri takjub karena standar film coming of age dengan karakter-karakter klasik dengan jalan cerita yang kalo gak klise ya konyol, bukanlah jualan utama dari The Perks of Being a Wallflower. Film ini mengusung cerita remaja dengan permainan emosi yang menarik, gak bosenin, dan enak banget ditonton, gak cuma buat remaja tapi juga orang dewasa.



Diceritakan Charlie (Logan Lerman), adalah tokoh dengan karakteristik klasik, seorang remaja pintar tapi cupu dan terasing di lingkungan sosialnya. Charlie sebenarnya sangat optimistik dan punya sejuta mimpi, dia bahkan udah punya rencana jangka panjang setelah lulus SMA nanti di hari pertamanya masuk sekolah. Tapi Charlie gak terlalu suka ‘tampil’ di muka umum, Charlie lebih milih diam waktu diberikan pertanyaan oleh guru bahasa Inggrisnya, Mr. Anderson, walaupun sebenarnya dia tau jawabannya. Charlie juga gak begitu pintar bergaul, canggung, dan gak punya teman dekat.



Singkatnya, Charlie adalah anak buangan. Di tengah perjalanannya sebagai anak buangan di SMA, Charlie bertemu Patrick (Ezra Miller), another anak buangan di sekolah. Bedanya dengan Charlie, Patrick cenderung bodo amat dengan statusnya sebagai kaum buangan, dan memilih buat selalu happy di manapun dan kapan pun. Patrick punya seorang sodara tiri bernama Sam (Emma Watson). Walaupun cuma sodara tirian, mereka selalu akur dan kompak. Singkat cerita mereka bertiga pun berteman baik dan Charlie mulai berubah jadi lebih ceria. Tokoh-tokoh lain pun mulai bermunculan dan melengkapi kelompok itu sebagai sebuah ‘geng’ anak buangan. Charlie diam-diam suka sama Sam, tapi karena suatu ’kecelakaan’ Charlie malah terjebak dalam hubungan bersama Mary Elizabeth (Mae Withman) yang juga salah satu anggota dari geng mereka. Jadilah mereka terlibat kisah cinta segitiga yang njelimet dengan komplikasi friendzone tingkat dewa yang bikin kesel kebangetan.



Sepanjang cerita, mulai terungkap masa lalu Charlie yang kelam yang menjadikannya seorang yang canggung dan kaku saat ini, juga Sam yang ternyata juga punya masa lalu yang gak kalah kelam dari Charlie. Nah sekelam apa sih masa lalu mereka? Awalnya gue agak bingung ini film ceritanya mau dibawa kemana sih? Tapi di tengah kebingungan itu gue justru bisa menikmati setiap alur dan konfliknya.



Tiap tokoh di film ini punya peranan masing-masing yang bikin film ini jadi salah satu film dengan paket komplit yang pernah gue tonton. Yang terbaik adalah Mary Elizabeth. Kehadirannya sebagai orang ketiga gak cuma numpang lewat. Karakternya sebagai seorang penganut Buddha dengan tampilan nyentrik dan berjiwa pemberontak juga unik banget. Juga Patrick yang ternyata adalah seorang gay yang ngejalanin hubungan backstreet dengan cowok paling populer di sekolah, akhirnya harus patah hati karena gak diakuin dan kemudian berujung dengan ciuman maut dengan Charlie. Sumpah ini adegan paling awkward yang pernah gue liat di film.



Adegan ikonik d film ini yaitu waktu Sam berdiri di atas mobil bak terbuka dengan tangan dibentangkan ala-ala film Titanic melewati sebuah terowongan. Soundtrack nya juga enak-enak. Gue kagum sama Emma Watson yang berhasil keluar dari karakter Hermione Granger di film ini, karakternya sebagai cewek cantik berjiwa bebas dan sedikit nakal tuh memorable banget dan gue pikir mungkin gak ada aktris lain yang bisa meranin Sam sebaik Emma. 



Endingnya lumayan bikin melongo, agak keluar jalur tapi pas buat jadi klimaks. Dan kenapa gue bilang film ini paket komplt? Kalian bisa menikmati sebuah kisah cinta dan persahabatan dengan berbagai elemen kehidupan yang mungkin dirasain hampir semua orang, masa-masa high school yang seru, sakitnya patah hati dan sampai kisah move on dari masa lalu. Komedinya juga pas sebagai pemanis. Banyak quotes menarik juga di film ini. Overall film ini recommended pake banget deh. Score 8.5/10.


Related Posts

Review Film The Perks of Being a Wallflower (2012)
4/ 5
Oleh